999

Jika estetika telah berkembang melampaui ruang, maka keberadaannya akan segera mengalir menuju bejana waktu.
Dan jika keduanya telah kehilangan kapasitasnya maka disitulah sebenarnya Kreatifitas Tanpa Batas berada.

Finishing Ekspose Batu-bata

by WADeRO - Widia K Achadi Design Room 9 comments




Beberapa waktu yang lalu, saya dihubungi klien lama yang mau merenovasi tempat tinggalnya. Pada tatap muka pertama, Beliau (seorang Dokter senior di RS Swasta) berkeinginan mengubah tampilan kosmetik bangunan (tata warna dan bahan finising) dengan tujuan agar memperoleh nuansa baru bagi tempat tinggalnya. Beliau berpesan untuk memasukkan unsur batu-bata ekspose seperti yang sering digunakan pada bentuk arsitektur tradisional.
Permasalahannya adalah, rumah tinggal pak Dokter tadi dari awal tidak dipersiapkan untuk tampilan ekspose batu-bata. Dindingnya sebagian besar menggunakan plesteran dan acian yang difinishing dengan cat dinding.




Finishing ekspose batu-bata bukanlah barang baru bagi pekerjaan finishing arsitektur, bahkan nenek moyang kita sudah sering menggunakannya. Namun ternyata hingga sekarang masih memiliki penggemar tersendiri yang tak uzur ditelan zaman. Menampilkan batu-bata sebagai elemen visual memang menarik, mampu menimbulkan nuansa alami / natural, tegas dan sejuk. Seakan menjadi katalisator keteduhan ruang tinggal bagi penghuninya.
Berkaitan dengan kasus rumah pak Dokter, ada baiknya jika saya sedikit mengupas tentang beberapa metode finishing ekspose batu-bata.


1. Ekspose batu-bata Bali

Metode ini sering kita jumpai pada bangunan-bangunan peribadatan di Bali, di Jawa Tengah dapat ditemui pada arsitektur Masjid Menara Kudus. Metode ini betul-betul mengandalkan kepresisian bilah-bilah batu bata, baik ukuran, sudut maupun cara pemasangannya. Batu-bata disusun hampir berhimpitan tanpa memperlihatkan siar. Hingga yang terlihat adalah susunan batu-bata yang bertumpuk membentuk dinding. Siar adalah ruang yang terbentuk akibat adanya spesi adukan perekat antar batu-bata. Pemilihan metode ini menimbulkan konsekwensi dalam pemilihan kualitas batu-bata. Batu-bata yang dipasang dipilih yang memiliki bentuk rapi, presisi ukuran dan sudut, bertekstur halus dan tidak banyak pori-pori. Batu-bata yang kurang baik dapat menimbulkan kesan pandang yang cacat dalam pembentukan garis siar. Karena pandangan tidak dapat lagi dicuri dari pembentukan spesi. Material perekat juga harus dipilih yang memiliki kualitas tinggi dan tidak membutuhkan volume yang besar untuk mencapai daya rekat yang maksimal.


2. Ekspose batu-bata konvensional

Adalah ekspose batu-bata yang telah dipersiapkan sejak awal pembuatan dinding, pada bagian yang direncanakan, dinding batu-bata tidak diplester dan diaci.
Metode ini jauh lebih sederhana dalam penerapannya. Hanya saja pemilihan batu-bata yang dipakai juga harus memiliki tingkat kualitas yang baik dalam bentuk dan ukurannya. Batu-bata yang terpasang harus utuh, yang pecah dan gumpil sudutnya tidak dapat dipakai. Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan pemasangan batu-bata pada umumnya, namun benar-benar harus memperhatikan jarak siar vertikal maupun horisontalnya. Juga harus diperhatikan material spesi agar terhindar dari butiran-butiran yang besar, untuk itu dibutuhkan ayakan dengan diameter yang lebih halus. Pada pemasangan di area luar (out door) dibutuhkan coating agar batu-bata tidak mudah terkena lumut dan jamur.


3. Ekspose batu-bata tempelan

Yang sering kita lihat adalah penempelan material teracota hasil fabrikasi, ukuran yang tersedia di pasaran cukup bervariasi, tersedia ukuran yang mendekati ukuran asli batu-bata maupun yang lebih besar. Metode penempelannya sangat praktis seperti halnya memasang keramik dinding pada umumnya, hanya dibutuhkan nat yang lebih besar agar dapat memperlihatkan bentuk yang menyerupai spesi. Tidak dibutuhkan keahlian khusus dalam penggunaan material ini, karena pembuatan materialnya dilakukan dengan fabrikasi yang menghasilkan presisi tinggi. Karana kerapiannya, material ini kurang dapat menghasilkan kesan yang alami dan terlihat lebih kaku. Tidak dianjurkan memasang tanpa menggunakan siar (seperti pada batu-bata Bali) karena akan berakibat hilangnya kesan batu-bata yang tersusun.


4. Ekspose batu-bata tempelan

Untuk menghindari kesan kaku pada pemasangan teracota hasil fabrikasi, kita dapat membuat sendiri / memesan dengan jalan mencetak menggunakan material semen pasir maupun tanah liat yang dibakar. Penggunaan material tanah liat yang dibakar (tembikar) dapat dipesan pada pengrajin-pengrajin tembikar yang banyak terdapat di daerah Kasongan Jogjakarta, Klampok, Mayong dll. Para pengrajin biasanya tidak menggunakan teknologi dan alat canggih dalam memproduksi tembikar, hingga tingkat presisinya tidak dapat terlalu tinggi. Namun inilah yang membuat teracota industri kecil dapat lebih tampil alami / natural. Jika volume yang dibutuhkan tidak terlampau banyak, rasanya sangat tidak efektif jika kita harus memesan pada pengrajin yang lokasinya jauh dari tempat tinggal kita. Saya sarankan untuk mencetaknya sendiri dengan bahan semen dan pasir. Cara kerjanya sederhana, dibutuhkan matras cetak dari bahan kayu sengon, kayu jangan diserut agar hasil cetakan nantinya dapat memperlihatkan permukaan yang kasar. Buatlah ukuran sesuai yang kita kehendaki, dengan ketebalan 1.5 cm. Siapkan adukan semen pasir (yang sudah diayak halus) dan tambahkan lem beton secukupnya agar menghasilkan cetakan yang tidak mudah patah. Sebelum adukan dituangkan, olesi matras cetak dengan margarine / minyak goreng. Tunggu hingga kering untuk membuka hasil cetakan. Pemasangan hasil cetakan seperti halnya kita memasang keramik dinding. Pewarnaan dapat dilakukan dengan cat dinding yang berkualitas baik. Untuk mendapatkan finishing yang lebih natural gunakanlah bubuk teracota (bisa juga dengan pecahan genting atau batu-bata yang sudah ditumbuk dan diayak halus) dicampur dengan lem beton. Campuran tadi dapat langsung dioleskan menggunakan kuas. Metode finising ini memang agak ribet, namun akan menghasilkan tekstur dan warna batu-bata yang sangat alami sesuai dengan aslinya.


5. Ekspose batu-bata plesteran

Ekspose batu-bata dengan menggunakan plesteran bisa diterapkan baik pada dinding baru, maupun dinding lama yang tidak dipersiapkan untuk tampilan ekspose batu-bata. Metode ini yang saya gunakan untuk mengerjakan rumah pak Dokter karena sangat praktis dan relative lebih cepat pembuatannya. Namun sangat mengandalkan kerapihan dan ketelitian yang tinggi. Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Dinding batu-bata yang sudah diplester (belum diaci) diplester sekali lagi dengan ketebalan 1,5 cm. Plesteran ini (yang terakhir) dipersiapkan sebagai volume pembentuk batu-bata tiruan. Untuk itu dibutuhkan pasir dengan ayakan yang halus dan penambahan lem beton secukupnya. Pada saat masih basah, potonglah plesteran menggunakan alat bantu cutter dan penggaris, membentuk lajur-lajur siar. Pemotongan lajur siar biasanya berjarak antara 1 s/d 2 cm. Biarkan beberapa saat hingga kondisi plesteran setengah kering (malem). Pada saat setengah kering, lajur goresan cutter yang membentuk siar diambil (dicongkel hingga bersih) menggunakan obeng atau scrab. Yang harus sangat diperhatikan adalah proses pemotongan plesteran. Dibutuhkan persiapan untuk menjaga jarak yang teratur baik vertical maupun horisontalnya. Finishing yang diterapkan dapat mengacu pada pemasangan ekspose batu-bata tempelan.


https://wadero-architecture.blogspot.co.id/
https://www.instagram.com/widiakurniawan_architect/
https://web.facebook.com/widiaachadi/
https://www.youtube.com/channel/UCtbggj4TOl9IEpy90d3IjGA

9 comments:

bagaimana kalau menggunakan dinding batu biasa(bukan ekspose), tapi ingin menampilkan kesan batu bata ekspose? dan bagaimana merawatnya?

bisa dipakai item no 3, 4 atau 5. perawatan batu bata ekspose cukup sederhana, cukup debersihkan secara rutin untuk menghindari debu yang bertumpuk secara berlebihan

bgmn mengukur takaran untuk proses pewarnaan antara cat dinding:lem beton:ayakan bata yg tlah ditumbuk halus?
mksh infonya

Terima kasih infonya Pak, Saya mau tanya kalo mau beli bata expose tempel dengan warna yang natural dan tidak seragam bisa pesen dimana ya?
Kalo untuk perajin tembikar di Jogja di daerah Kasongan Jogjakarta, Klampok, Mayong ; apakah ada alamat yang spesifik? Terima kasih sebelumnya Pak

Pak Oepink, mengukur takaran lem beton dan bubuk bata sebaiknya mendekati kekentalan cat dinding, sehingga bisa langsung dioleskan menggunakan kuas. Ukuran kekentalan ekstrak tersebut mempengaruhi transparansi hasil pewarnaan. Jika ekstrak yang kita buat bersifat encer, maka dibutuhkan beberapa kali pengulangan dalam pengecatannya. Selamat mencoba.

Pak Nul Zulhadi,
1. Kasongan di Jogjakarta merupakan sentra pengrajin tembikar, kalau bapak berkunjung ke Jogja pasti gampang sekali ditemukan.
2. Klampok adalah sentra pengrajin tembikar di daerah Banjarnegara Jateng, kira kira 30 Km dari Kota Banjarnegara menuju kota Banyumas / Purwokerto.
3. Mayong merupakan sentra pengrajin batu bata dan genting di daerah Jepara Jateng.
4. Selain itu ada kota Kebumen yang memiliki banyak pengrajin genting dan batu bata. Setahu saya kualitas tembikar Kebumen adalah salah satu yang terbaik di Jawa Tengah, dengan harga yang relatif lebih tinggi dibanding daerah lain.
5. Selamat berburu Pak Nul

Kalo pakai batu bata biasa bisa ngga pak trus di coating...kekurangannya apa ya pak?

@ jasa konsultan pajak dan keuangan
batu bata biasa gak bisa dipakai karena karakternya cenderung kasar dan rapuh. terutama jika diaplikasikan pada ruang out door akan mudah berlumut

Posting Komentar